News

Dulu Mau Ikut Esports Harus Jaga Warnet, Sekarang?

Senin, 4 Maret 2019 | 17:27 WIB
By: Aulia Annaisabiru Ermadi


Dulu, main game hanya sekadar hiburan, sekarang berubah jadi profesi. Bahkan esports telah menjadi kategori cabang olahraga. Kompetisi dan hadiah yang ditawarkan pun bervariasi mulai dari ratusan ribu hingga miliaran rupiah termasuk IEL University Series yang memberikan total hadiah senilai Rp 1 miliar. Karenanya banyak orang berbondong-bondong untuk menjadi atlet profesional.

Farand Koala, salah satu legenda di kancah kompetisi Dota Indonesia mengatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara dunia esport sekarang dan dulu.

“Dulu kalo saya mau turnamen, saya harus kerja dulu jaga warnet, baru dapet duit untuk biaya pendaftaran dan biaya billing. Sekarang semuanya udah di support oleh pemerintah sama industri juga. Jadi sekarang lebih gampang kalau mau jadi pro player,” kata Farand Koala, pelatih Dota 2 dan former pro player dalam ajang Indonesia Esports League, University Series 2019, Campus Seminar yang diadakan di Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang Selatan.

Beberapa tahun lalu memang esports hanya dipandang sebagai permainan semata, namun kini telah menjelma menjadi industri yang menjanjikan untuk peluang karier professional sebagai atlet esports.

Menurut lembaga riset Statista, pendapatan esport di seluruh dunia terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Data pada tahun 2018 pendapatan esports mencapai USD 865 juta dan angka ini diperkirakan meningkat hingga USD 1.790 juta pada tahun 2022.

Campus Seminar, IEL University Series 2019 di Universitas Multimedia Nusantara. | esportsleague.id

Jaman Telah Berubah

Diresmikan pada akhir Januari lalu, IEL University Series 2019 yang diselenggarakan MIX 360 Esports ingin berkontibusi untuk memberikan pemahaman yang lebih luas terhadap industri esport dan game yang selama ini dipandang negatif khususnya oleh institusi pendidikan.

“Era telah berubah, (esports) ini tidak sekedar main game, namun sebagai sports. Dan mulai Desember tahun lalu, kebijakan (kampus) akhirnya membolehkan permainan ini. Bukan sekedar bermain kemudian menjadi sebuah sports yang secara resmi diakui, ” kata Ir. Andrey Andoko, M.Sc, wakil rektor Universitas Multimedia Nusantara di acara yang sama.

Lebih lanjut lagi, Presiden Indonesia Esports Association (IESPA) Eddy Lim menjelaskan bahwa bermain game dan esport tidak bisa disamakan.

“Esport dan bermain game itu berbeda. Esports itu bagian dari olahraga, kebetulan yang ditandingkan itu adalah game,” tegas Eddy Lim.

Menurutnya, esports lebih dari sekedar bermain game. Untuk menjadi atlet esports professional dituntut memiliki kecerdasan, strategi dan fisik yang prima untuk dapat mengalahkan lawan bermainnya.

 

Artikel ini merupakan hasil kerjasama antara esportsleague.id dengan Razer dan Air Asia