News

Esports Bukan Cuma Soal Main Game dan Juara

Minggu, 10 Februari 2019 | 12:30 WIB
By: Wicak Hidayat

 


Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar kompetisi esports? Apa kamu kira ini adalah soal mencari siapa yang paling jago bermain sebuah game tertentu dan mencari juaranya saja?

Jangan salah, kompetisi esports sesungguhnya lebih dari itu semua. Eddy Lim, Ketua IESPA dan founder Liga Game Esports, mengatakan hal itu dalam kegiatan Campus Seminar IEL University Series 2019 di Universitas Maranatha, Bandung, Jumat (8/2/2019).

“Sebuah kompetisi esports itu bukan hanya soal menjadi juara. Esports adalah olahraga masa depan, industrinya bakal menjadi sangat besar,” kata Eddy.

Oleh karenanya, kompetisi esports juga merupakan ajang menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk industri tersebut.

Menurutnya, 30 persen kompetisi esports ini adalah soal menorehkan prestasi. Tapi 70 persennya adalah soal memupuk SDM tersebut.

Karena, selain soal atlet yang berkompetisi, esport sebagai industri juga membutuhkan kelengkapan lainnya. Kalau mau tahu, coba saja bandingkan dengan liga olahraga profesional seperti NBA atau Premier League.

Dari sisi tim yang berkompetisi, misalnya, selain atlet akan ada manajemen tim, ada staff pelatihan hingga gizi dan kesehatan. Semua itu juga diperlukan di esports.

“Menang kalah (dalam kompetisi esports) biasanya ditentukan oleh siapa yang punya konsentrasi tinggi di waktu lama, untuk itu caranya harus fit badannya, harus latihan fisik,”

Dari sisi kompetisinya, jelas masih banyak lagi yang dibutuhkan. Mulai dari industri perangkat dan teknologi pendukung, penyelenggara kompetisi hingga shoutcaster alias komentator.

 

Campus Seminar: Esports, Beyond Gaming |

Clara Mongstar dan Bintang Lainnya

Dalam Campus Seminar IEL University Series 2019 di Universitas Maranatha itu juga menghadirkan beberapa pelaku industri yang sudah membuktikan beragamnya peluang di esports. 

Salah satunya adalah Clara Mongstar, shoutcaster esports yang juga pernah jadi manajer sebuah tim esports itu. Clara mengatakan, memang sejak awal ia merasakan dunia esports itu seperti dunia cowok. Namun ia tidak resah dengan hal itu dan memberanikan diri untuk muncul. 

"Aku ada tips buat cewek yang mau berperan di 'dunia cowok' seperti esports ini.Cuek aja, super cuek. Jangan mengkotak-kotakkan diri sendiri. Jangan takut muncul. Jangan takut belajar," ujarnya.

Hadir pula di kegiatan tersebut August Urip Santoso, alumni Maranatha yang menjadi juara dunia turnamen esports PBIC 2012; Stanley Tjia, wasit resmi di International Esports Federation; dan Fram Shaw, founder Nixia gaming dan Team Manager NXA-Gaming.  

Eddy mengatakan, jika dilihat lebih luas lagi, industri esports ini juga mengembangkan SDM kreator. Misalnya, selain jadi atlet esports profesional seorang pemain bisa membuat video tips bermain ataupun jadi streamer.

“Banyak juga yang di masa mudanya jadi gamer, kemudian jadi minat pada teknologi, kemudian menjadi pengembang aplikasi piranti lunak ataupun membuat game,” ujar Eddy.

Jadi, masih mikir ini cuma soal jadi juara doang?

 

Artikel ini merupakan hasil kerjasama antara esportsleague.id dengan Razer dan Air Asia